Tuesday, November 09, 2004

On Presidential Election; Military No Way!

Gus Solah Digunakan Sebagai "Rinso" Alias Pencuci Dosa Wiranto

(Gema Warta Ranesi, 27 Mei 2004)

<>

Intro: Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI), bersama para keluarga korban Senin ini mengadakan aksi bersama menuntut Komisi Nasional HAM agar segera membentuk KPP HAM adhoc kasus penghilangan orang secara paksa. Mereka mencakup para korban tahun 1965 dan sampai ke kasus-kasus penculikan yang terjadi di penghujung rejim Soeharto. Soeharto, Prabowo dan Wiranto dinilai bertanggung jawab terhadap kasus-kasus tersebut. Demikian tegas Mugiyanto dari IKOHI lepada Radio Nederland. Mugiyanto khawatir masa depan penegakan HAM bertambah suram di Indonesia, karena Wiranto kini menjadi calon presiden. Ironisnya Sholahuddin Wahid, Gus Solah, bekas pengurus Komnasham yang dulu dekat dengan para aktivis pembela HAM, kini menjadi pendampingnya. Menurut Mugiyanto, Gus Solah bakal digunakan sebagai "rinso"nya Wiranto. Terlebih dahulu Radio Nederland menanyakan kepada Mugiyanto kenapa masalah ini diungkit justru pada saat Wiranto maju sebagai capres.

Mugiyanto: Kita ingin mengingatkan masyarakat bahwa Wiranto masih punya tangung jawab yang harus dia pertanggung jawabkan pada masa lalu. Sehingga masyarakat tidak salah pilih ke depan untuk menentukan pemimpin Indonesia.

<>Radio Nederland (RN): Menurut anda pribadi apa dia tidak patut memimpin bangsa? <>

M: Saya pikir dia sama sekali tidak patut. Pertama Komnasham sebagai satu-satunya lembaga yang punya wewenang untuk menyelidiki berbagai kasus pelanggaran HAM, sudah menyimpulkan bahwa pada peristiwa Timor Timur Wiranto terlibat dan harus dimintai pertanggung jawabannya. Kemudian pada peristiwa Mei 98, yang juga sudah dibentuk KPP HAM, yang dipimpin oleh Sholahuddin
Wahid, itu juga menyimpulkan bahwa Wiranto adalah salah satu orang yang harus dimintai pertanggung jawabannya. Orang seperti itu tidak patut menjadi pemimpin Indonesia ke depan. <>

Kedua yang menjadi kekhawatiran kami yang lain adalah ketika orang seperti itu menjadi pemimpin Indonesia ke depan, menjadi presiden, menjadi eksekutif, maka kami yakin usaha-usaha untuk menuntaskan/menyelesaikan
kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu, akan ditutup. Karena dia salah satu orang yang terlibat di sana. Kami khawatir masa depan penegakan HAM di Indonesia sama sekali suram dan tertutup ketika mereka menjadi presiden. Dan perjuangan kita, para korban pelanggaran HAM, kemudian lembaga-lembaga yang concern (prihatin) terhadap penegakan HAM, menjadi semakin berat. <>

RN: Terus kenyataan bahwa wakilnya itu, Sholahuddin Wahid, nota bene orang bekas pengurus Komnasham dan juga yang justru mengawali atau mengangkat kasus-kasus orang hilang dan tragedi Mei dan sebagainya kok bersedia menjadi cawapres. Bagaimana? Apakah dia juga patut, menurut anda?
<>

M: Itu sebuah ironi sebetulnya. Dan sebelumnya kita berharap Gus Solah atau Sholahuddin Wahid ini cukup dekat dengan kami ini para korban pelanggaran HAM. Kita sering ketemu dengan dia. Dia menyatakan keinginannya untuk menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu.
<>

Nah satu minggu sebelum dia menyatakan bersedia dipinang oleh Wiranto untuk menjadi calon wakil presiden, kita bertemu dengan Gus Solah. Dan Gus Solah mengatakan bahwa sebagaimana Gus Dur - Gus kan tidak akan mau menerima pinangan Wiranto-... Tetapi satu minggu kemudian dia menyatakan bersedia. Jadi di sini kami para korban pelanggaran HAM ini merasa dibohongi, merasa ditusuk dari belakang. Kami sedih sekali sebetulnya. Gus Solah, orang yang bekerja di Komansham dan masyarakat sudah menaroh kepercayaan yang besar sekali di Komnasham, salah kepada Gus Solah ini, tapi ternyata dia memilih jalan yang sangat bertentangan dengan kami.
<>

RN: Tapi apakah anda tidak mengira mungkin dia itu punya agenda dan tujuan-tujuan tersendiri makanya dia maju sebagai pasangan Wiranto dengan tidak melupakan perjuangan untuk menegakkan HAM, dalam hal ini membela orang-orang hilang dan orang-orang yang dilanggar HAMnya?
<>

M: Yang disampaikan Gus Solah memang demikian, tetapi kami sama sekali tidak percaya dengan realitas politik yang ada di Indonesia ketika dia sudah betul-betul bergandengan dengan Wiranto. Wiranto bukan orang lemah. Golkar bukan orang lemah, yang akan begitu saja mau menuruti apa yang diinginkan Gus Solah atau pun PKB.
<>

Sebaliknya, menurut kami Gus Solah hanya digunakan oleh Wiranto dan Golkar sebagai 'rinso' untuk mencuci dosa-dosa Wiranto dan Golkar pada masa lalu, dengan mengambil figur Gus Solah yang dari Komnasham itu.
<>

Demikian Mugiyanto dari Ikatan Keluarga Korban Orang
Hilang Indonesia. <>

http://www.rnw.nl/in/berita/gemawarta.html#4023030

No comments: